Thursday, February 14, 2019

World Youth Day 2019 Testimony -Day 3 (18/01/2019)-


Hari ini kami semua diajak untuk mengenal lebih dalam kultur budaya Panama lewat interaksi yang seru dengan masyarakat kota Penonome.

Seperti biasa, kami bertiga memulai pagi hari dengan bersarapan bersama keluarga Papa Victorliano. Sarapan kami pagi ini cukup unik karena selain ada sosis cerdo (babi) dan roti, Mama Victor menyajikan ketela goreng untuk kami, rasa nya cukup mirip dengan pohong (ketela) goreng khas Jawa Timur ๐Ÿ˜ (menariknya saat kami bilang makanan ini mirip dengan Indonesia punya, keluarga Victor langsung terkejut).

Perbincangan pun mengenai kuliner kami lanjutkan, Panama sebagai negara tropis di benua Amerika memiliki banyak hasil buah2an yang mirip dengan Indonesia seperti pisang, kates (pepaya), melon, semangka, kelapa, alpukat, belimbing, pinna (nanas).

Setelah sarapan, kami berkumpul di Capilla San Jose pukul 8.30 pagi bergabung dengan teman2 Indonesia yang lain serta kontingen Afrika Selatan untuk bersama2 berjalan menuju pusat kota Penonome.

Selama berjalan kaki kurang lebih 30 menit, kami melewati jalanan utama pusat bisnis kota Penonome yang penuh dengan toko-toko. Tampak para pemilik toko dan pegawai2 yang ada di dalamnya sangat antusias dalam menyambut kedatangan kami serta mereka kerap kali memberikan sapaan 'Hola' dan 'Buenos Dias' dengan wajah yang sumringah (bahagia) kepada kami ๐Ÿ˜Š

Akhirnya kami tiba di Cathedral San Juan Bautista, sebuah gereja yang persis berada di pusatnya kota Penonome yang dihias meriah dengan segala pernak-pernik WYD untuk membuat kami para kontingen dari berbagai negara serasa di rumah sendiri.

Halaman gereja yang luas digunakan untuk misa bersama ribuan orang peziarah dari berbagai negara. Sambil berdiri dan berjemur dibawah terik mentari, kami mengikuti misa harian yang dipimpin langsung oleh Uskup Penonome dan didampingi puluhan Romo. Menariknya hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya Uskup Penonome, hal ini membuat ribuan peziarah WYD kompak menyanyikan lagu Happy Birthday dalam bahasa Spanyol ๐Ÿ˜

Setelah selesai misa, kami bertiga (Ivan-Willy-Rivaldi) berpencar dari kontingen Indonesia untuk diajak Papa Victor pergi ke pasar berbelanja busana tradisional khas Panama untuk kami. Dengan telaten dan teliti, Papa Victor dan anak2nya serta keponakannya memilihkan baju, topi, dan sandal jepit khas Panama yang cocok dengan perawakan kami.

Sore harinya, kami semua diajak untuk berkumpul di jalan masuk pusat kota Penonome dan perarakan budaya Panama pun dimulai. Sekitar 2000an peziarah dari berbagai negara seperti Indonesia, Polandia, Guatemala, Nicaragua, South Africa, Brazil, Inggris, Jerman, Jepang dkk terlihat sangat kompak memakai busana khas Panama. Sambil berjalan, alunan musik indah khas kota Penonome mau tak mau membuat badan kami semua ikut bergoyang menari2 dengan penuh kegembiraan berkolaborasi satu sama lain dengan penduduk setempat, pertanda hati kami mulai menyatu dengan gaya hidup Panama.

Tidak lupa juga sepanjang jalan dalam perarakan budaya, kami dengan bangganya dan tanpa lelah selalu mengibarkan Sang Merah Putih selama berjam2, pertanda bahwa Indonesia turut larut dalam sukacita dan berpartisipasi aktif dalam pesta rakyat Penonome dalam menyambut World Youth Day ini. Walaupun jumlah kami sedikit cuma ber15, namun kami tetap antusias sekali dalam mengenalkan budaya timur khas Nusantara yang lembut dan ramah tamah๐Ÿ‘๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'

Peribahasa ini sungguh cocok menggambarkan situasi kami semua para peziarah dari berbagai belahan dunia yang mampu menunjukkan kepada alam semesta bahwa walaupun asal-usul/kebiasaan/suku/bahasa kami berbeda2 di setiap negara, kami tetap mampu bersatu dan berakulturasi bersama secara luar biasa menakjubkan sebagai sesama umat Katolik di acara World Youth Day Panama 2019 ๐Ÿ™๐Ÿ˜‡

#wydpanama2019
#indonesiagoestowydpanama
#catholic #indonesia #worldyouthday

@wyd_indonesia
@panama2019
@jmjpenonome

World Youth Day 2019 Testimony -Day 2 (17/01/2019) Part II-


Setelah sarapan, kami pun diajak untuk berkumpul di Capilla San Jose pada pukul 8.30 pagi. Dari sini kami diajak oleh teman2 OMK Penonome setempat untuk berjalan kaki bersama2 menuju Paroki St. Martin De Porres untuk bertemu dengan rombongan WYD dari negara lain. Sambil berjalan kaki, dengan bangganya kami membentangkan serta mengibarkan Sang Merah Putih diselingi dengan menyanyikan lagu Ave Maria dlm bahasa Indonesia-Inggris-Spanyol (yang menarik disini ternyata bisa mengibarkan bendera Indonesia di negara orang itu bikin kita makin cinta akan tanah air lho ๐Ÿ˜Š).

Kami langsung terkejut melihat ratusan peziarah dari berbagai negara seperti Guatemala, Panama, Polandia dan Inggris sudah memenuhi tempat duduk di Paroki St. Martin. Tak lama setelah kami tiba, seluruh isi gereja diajak untuk menyanyikan lagu rohani dan menari bersama dalam bahasa Spanyol + budaya Panama. Menariknya Romo paroki di sana pun ikut heboh dalam menggiring kami semua untuk menyembah Tuhan lebih dalam lagi.

Para volunteer OMK beserta dengan jajaran kepengurusan paroki setempat terlihat sangat bahagia menyambut kehadiran ratusan peziarah dari berbagai belahan dunia. Secara bergiliran, masing2 kontingen diberikan kesempatan maju ke depan untuk memperkenalkan negaranya masing2. Adalah suatu kebanggaan begitu nama Indonesia dipanggil ke depan. Kami pun dengan senang hati menceritakan bahwa Indonesia adalah negara besar di Asia yang memiliki 17,000 pulau, ratusan suku bangsa, 250 juta penduduk, yang semuanya itu disatukan oleh semboyan 'Bhineka Tunggal Ika' (Unity in Diversity) dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Tidak lupa juga kami ber15 sempat menampilkan singkat sebuah tarian khas Nusantara yang memukau ratusan peziarah di sana๐Ÿ‘๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

Setelah 2 jam kami di dalam gereja, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi foto2 bersama dan makan siang. Menariknya banyak sekali peziarah dari negara lain yang ingin berfoto dengan kami. Yang lucu, kontingen Polandia selalu tertarik foto dengan kami karena warna bendera mereka adalah kebalikannya Indonesia hehe ๐Ÿ˜

Sore hari tiba dan misa harian pun dimulai. Misa harian dibawakan oleh seorang Romo dari Afrika Selatan yang didampingi oleh belasan Romo dari Guatemala+Polandia+South Africa+Panama+Indonesia, adapun lagu2 selama misa dibawakan dalam bahasa Spanyol, Inggris, bahkan hingga Polandia diiringi dengan alunan musik tradisional yang sangat indah dari tim koor Afrika Selatan.

Sebuah pengalaman menarik hari ini dimana kami bisa melihat secara utuh nilai 'universal' yang dimiliki oleh Gereja Katolik Roma lewat pertemuan dengan orang muda Katolik dari berbagai negara, dimana tata cara dan tradisi Katolik yang sama bisa berakulturasi secara menakjubkan + luar biasa dengan bahasa, budaya, dan gaya hidup yang berbeda masing2 bangsa.

'Mazmur 67:2-4'
'67:2 (67-3) supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.  67:3 (67-4) Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. 67:4 (67-5) Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.'


#wydpanama2019
#indonesiagoestowydpanama
#catholic #indonesia #worldyouthday

@wyd_indonesia
@panama2019

World Youth Day Panama 2019 Testimony -Day 2 (17/01/2019)-



'Kring...., Kring...., Kring....', begitulah kurang lebih bunyi alarm bangun pagi pertama ku di Panama. Saat itu waktu di kota Penonome sekitar pukul 5.45 pagi namun kuputuskan untuk bangun lebih awal (walau masih agak jetlag dan tidur cuma 4-5 jam aja pada malamnya) agar bisa mendapatkan giliran mandi pertama. Dari kamar mandi bisa tercium bau lezatnya sarapan yang dibuatkan oleh ibu houseparent kami. Pengalaman unik pagi itu karena kami bertiga yg tinggal di rumah itu akhirnya bisa mencicipi breakfast ala Panama. Sebuah roti, sosis cerdo (babi), dan pancake ala Panama ternyata sangat cocok dan bisa diterima oleh lidah Indonesia kami semua, asupan energi yang bagus untuk memulai agenda Days in Diocese (DID) hari pertama kami di Penonome ๐Ÿ‘๐Ÿ˜ Uniknya houseparents kami mempersilahkan kami untuk makan terlebih dahulu sebelum giliran mereka, namun setelah kami bilang kalau di Indonesia tradisinya baru boleh mulai makan setelah seluruh anggota keluarga lengkap duduk di meja makan, akhirnya mereka pun ikut melahap santapan pagi bersama kami sambil bercanda dan bertukar cerita bersama ๐Ÿ˜Š (to be continued).... #

wydpanama2019 #indonesiagoestowydpanama #catholic #indonesia #worldyouthday @wyd_indonesia @panama2019

World Youth Day Panama 2019 Testimony -Day 1 (16/01/2019)-

Setelah menempuh 28 jam penerbangan dari Jakarta menuju ke Panama (via Kuala Lumpur + Amsterdam), akhirnya kami mendarat di Tocumen International Airport-Panama City. Begitu roda pesawat mencium landasan pacu, ratusan peregrinos (peziarah) dari berbagai negara di dalam pesawat KLM bertepuk tangan meriah penuh sukacita seolah2 pada lega semua karena bisa sampai di Panama City dengan selamat. Dengan jiwa yang semangat namun raga yang masih agak lelah + jetlag, kami rombongan tim Indonesia ber-15 melalui proses imigrasi dan ambil bagasi hingga akhirnya kami bisa benar2 keluar dari bandara untuk menghirup udara tropis dan melihat sendiri suasana negara Panama. Perjalanan dari airport menuju lokasi Days in Diocese kami di kota Penonome di Propinsi Cocle masih sekitar 3 jam perjalanan darat jauhnya, karena lelah kami berharap cepat2 sampai untuk lekas beristirahat. Kejutan yang tidak kami sangka tiba2 datang, setibanya di Capilla (Kapel) San Jose-Penonome pukul 10.30 malam, kami kaget dengan antusiasme puluhan warga Penonome hingga penuh sesak memadati kapel dengan penuh kegembiraan menyambut kehadiran kami. Alunan musik khas Panama pun bergelora dan letusan kembang api (mercon) pun membuat kami takjub. Kami semua tidak menyangka bakal disambut dengan meriah + hangat + super ramah oleh warga Penonome. Kami pun langsung memperkenalkan diri dan kemudian diajak bergoyang tarian khas Panama yang seru dan mendekatkan satu sama lain seketika. Rasa lelah pun sirna dan ketika itu aku langsung teringat akan kisah anak bungsu yang hilang dan saat pulang dirinya disambut ayahnya dengan pesta pora penuh sukacita (seperti di Lukas 15: 11-32). Aku benar2 tidak menyangka padahal kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya, bahasa Spanyol pun tidak bisa, namun mereka dengan antusias dan penuh keramahan menyambut kami layaknya saudara mereka sendiri (padahal kami datang dari 20,000 km dengan background budaya yang jauh berbeda) dengan tangan terbuka. Penyambutan yang luar biasa oleh warga Penonome ini mengingatkanku akan hidup ini. Ada kalanya kadang kita mungkin jatuh berkali2 dalam dosa, terkena masalah/kesulitan/musibah, menghadapi tantangan dunia, yang mungkin semuanya itu pernah/bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Namun jangan khawatir, layak nya antusiasme + kebahagiaan warga kota kecil Penonome dalam menyambut tamu asing seperti kita, tangan Tuhan itu selalu terbuka dengan lebar untuk merangkul kita kembali erat2 dengan penuh kasih sayang-Nya pada kita. Yang kita perlukan adalah keterbukaan hati dan membuka diri kita seutuhnya kepada Tuhan agar kita bisa dipakai Tuhan sebagai alat perpanjangan berkat dan rahmat-Nya bagi lingkungan sekitar kita ๐Ÿ™๐Ÿ˜‡

Tuesday, June 24, 2008

kisahku bersama A2 Dempo

di pagi yang membeku
ku tlah bangun dari mimpi
bersiap diri, mengisi jiwa raga
tuk bersiap ke sekolah

Dempo yang baru, bersih, dan rapi
membuatku takjub dan bersemangat
tuk melanjutkan kisah
yang membangkitkan semangat hidupku

memang di klas satu,
hidupku hanyalah sebatang kara
laiknya merpati yang terdampar
di tengah lautan luas

Namun, perjalananku masih panjang
Aku memiliki kesempatan kedua
guna membalikkan arah hidupku
yang hampa waktu itu

1 tahun tlah berlalu
Aku berhasil membalikkan arah hidupku
Aku berhasil melanjutkan hidupku
ke jenjang berikutnya

1 tahun penuh makna bagi diriku
1 tahun penuh kejutan dalam hidupku
1 tahun penuh warna dalam hidupku
1 tahun penuh kenangan bagi hidupku

XIA2
Kaulah kenangan terindahku
Bersamamu persahabatan kita terbangun

Badai t'lah kita lalui bersama
Ombak t'lah kita pecahkan bersama
Tawa dan tangis kita jalani bersama
Itulah warna kehidupan sesungguhnya

Terang matahari dan bulan silih berganti
Bumi tetap berchaya
Ada hujan ada terik matahari
Sungai terus mengalir

XIA2
Meski kita t'lah berpisah
Persahabatan kita akan terus berjalan
sepanjang masa

Created By : Ivan Halim
Thanks 2 all who inspire me 2 write this posting....
Thanks 2 read this posting....